Inilah negeri tuan yang subur dengan kekayaan melimpah. Disetiap ujung dari setiap tanahnya menyembur minyak-minyak mentah yang bernilai harganya. Dibawah perut buminya tak terkira kekayaan yang tersimpan. Air, sungai, laut, gunung dan dan segala yang tumbuh diatasnya dapat dijual atau ditukar dengan upeti yang banyak.
Tapi tahukah kamu Ini pula Negeri yang oleh para pengkritik lainnya menamakannya Negeri para bedebah karena bercokol kebusukan, kebohongan, rekayasa, korupsi, kolusi, nepotisasi dan segalanya yang tumbuh saling beriringan.
Untuk Tuanku yang Agung, Bersoleklah dengan gagahmu. Bertahtalah dengan kekayaan bumi yang kau keruk habis dari kandungan pertiwi yang kalian bilang juga pertiwi kita. Padahal kami hanya sedikit mengambil hak. Kami hanya numpang bernafas karena tempat kami menghirup udara adalah milik kalian yang kami sewa dengan keringat dan air mata.
Tidak hanya itu, orang tua dan anak-anak kamipun hanya mampu kami pinjamkan gubuk dari tanah kalian dan hanya bisa memberikan hadiah buah yang jatuh dari pohon milik kalian “Tuangku”.
Tuanku mungkin tak seganas ini. Kami tak butuh banyak hal selain bisa mengidupi keluarga kami. Kami hanya butuh agar air susu ibunya tidak kering akibat susah mendapatkan lauk pauk dinegeri tuan yang memang kami asing didalamnya. Kami hanya butuh agar anak-anak kami bisa tumbuh dan bersekolah seprti Tuan namun dari hasil jerih payah yang kami ajarkan. Agar dia tahu bahwa dia dari latar belakang yang sederhana dan miskin adalah pakaiannya. Agar urat malunya tetap ada ketika harus memakan yang bukan haknya. Merampas yang bukan miliknya atau menerima sogokan demi lancarnya urusan yang kaya. Dengan begitu, dia juga bisa merasa iba terhadap ribuan nasib rakyat jelata yang membutuhkan bantuannya.
Kemudian kami mencoba meratapi nasib kami. Tuan tak butuh kami karena kekayaanmu sudah cukup dan tak perlu menambah beban memikirkan anak-anak kami.
Kami yang proletar sekali ini hanya ingin meminta ijin kepada tuan. Perkenangkanlah kami meminjam tanahmu lebih lama sedikit karena sampai sekarang kami belum memiliki kontrakan buat orang tua dan anak-anak kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar