Dihatiku mengepul gaduh merah saga.
Mati.....
Aku mati tanpa berhenti nadi,
tanpa sakratul maut dikerongkongan.
Untung saja masih kulihat siluet oleh diafragma yang mendiam diurat malu jasad akhil.
Lihatlah tulangku mematah putih berserak dilantai serta dilangit-langit.
Di pusara langit kubayangkan putarannya.
Lalu ketiak menjepit wewangi tak mengijinkan aroma berubah semerbak.
Haha .....
Mengapa panas memecah gelas?
Mengapa diam berkalang lemah?
Lihatlah tatapanmu itu membacok di kelemahanku.
Aku terduduk dalam lingkar terpasung
Sementara kau anggap tak berdaya,
Padahal aku dalam kekuatanku yang paling utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar