Pertama aku ngirim ini buat tassyakuranmu temanku!!!...
Tak kubawa lentera untuk menerangimu dalam rinai gulita
karena tak sanggup kubuat sendiri
sempat kurakit ingatanku untuk menemuimu
dalam tiga prempat malam dibulan bisu
sepengatuanku yang sederhana
kau tiba-tiba kesumat yang binarmu menyembuh
gores belati perih yang sudah menahun
kupanggil kau dalam kangkangan rembulan bisu
untuk menakar akan aksara yang menjadi janin
ini dia, bagiku gelapmu adalah kekasih bait garis di atas mistar
kekasihmu adalah halaman putih
dan wajahmu memapar kolom bacaan kami
untuk kali ini kami setuju rindu berkalang adalah milikmu
binarmu yang itu sekali waktu akan menjadi penawar pahit
kemudian mereka bangkit dengan lisan yang menggagap
aku yakin namamu akan memajang di pagi dan di sore
lalu rindu berkalang akan menemukan jodohnya.
lalu kau menambahkan ini.:
1
kau tahu Run, sebelum aku bertemu cahaya , aku sering bicara sendiri seperti ini :
kekalahan adalah , disaat mata bersitatap dengan matahari, tapi yang ia lihat cuma satu macam kegelapan dimana meski ia telah sekuat tenaga membuka kelopak, cuma benang pucat dari waktu yang nampak. dulu aku pernah menduga, kekalahan adalah lawan kata kemenangan, seperti yang selama ini diartikan orang orang sehabis gosok gigi, seusai kenyang makan pagi. ternyata tak semudah itu Run, kau akan tahu sukarnya sepelik mengeja cuaca. Aku disini, memutar mutar lingkaran sebuah kenop kunci,
: kekalahan yang sering memenangkan, atau kemenangan yang sering mengalahkan ?
2
suatu siang aku berharap. Semoga terik ini mengajarkan pada luka lukaku tentang kesedihan yag pekik. Hingga aku tak perlu lagi menyediakan airmataku menjadi jarum yang menjelujur dari mesin jahit.
Tik.Tik.Tik.Tik.
Kau ingat hujan ? jika kau ingat hujan, maka di rintik yang teratur itulah nama-nama kesedihan di kelompokkan. Mereka sama Run, langit meminta hujan merawat luka luka nilik bumi, sementara airmata mengirimkan jejarumnya untuk menjahit luka waktu.
dan aku ?
aku diciptakaan rahim untuk menyaksikan bagaimana luka bumi dan luka waktu terus menganga. Run, selamanya luka ini akan bersarang di jantung seperti tujuh baris cahaya yang rekat melilit septima.
3
Kau masih menginginkan aku menuliskan cinta, rindu, dan lengan yang dengan tegap membidik harapan ke dalam puisi. Baik, kutulis ini :
DALAM KEMAH
: sajak Goenawan Mohamad
sudah sejak awal kita berterus terang dengan sebuah teori: cinta adalah potongan-potongan pendek interupsi- lima menit, tujuh menit, empat…. dan aku akan menatapmu dalam tidur.
apakah yang bisa bikin kau lelap setalah percakapan? mungkin sebenarnya kita terlena oleh suara hujan di terpal kemah. di ruang yang melindungi kita untuk sementara ini aku, optimis, selalu menyangka gerimis sebenarnya ingin menghibur, hanya nyala tak ada lagi: kini petromaks seakan-akan terbenam. jam jadi terasa kecil. dan ketika hujan berhenti, malam memanjang karena pohon-pohon berbunyi.
kemudian kau mimpi. Kulihat seorang lelaki keluar dari dingin dan asap nafasmu: kulihat sosok tubuhku, berjalan kearah hutan.aku tak bisa memanggilnya.
aku dekap kamu.
Setelah itu bau kecut rumput, harum marijuana, pelan-pelan meninggalkan kita.
4
detik detakmu
adalah jantung usia yang dikhianati waktu
TAK LUPA MEMBUBUHINYA DENGAN SESUATU.
KATANYA :
catatan :
tulisan ini, berkatan sekaligus ha
diah kecil untuk Arunawa yang katanya sedang melewati angka duapuluh enam. selamat.selamat.selamat. selamat menikmati usia yang kian memendek tanpa perlu takut.
salamsayangselalu,
-pucukpenawisanggeni-
untuk semuanya saya ucapkan terima kasiH Yipiiiiiing... hehehehehee....
SEKARANG dan LALU
sebenarnya adalah hasil penakaran dari apa yang kita sebut pola.
soal RASA sekali lagi satu dengan tubuh manusia yang bentuknya telah ALIF dari lahir.
Yippp....
aku akan mengikuti pola, sedikit bermain dengan ritmeku yang entah akan kau panggil dia dengan sebutan apa.
Rona rupa-rupa itu sebagai iramanya.
dan kita akan tetap menjadi joki (dramaturgis) dari sebuah sandiwara yang hampir menyerupai parodi bebas nilai.
diujung tumit kita rasa bahkan telah diterjemahkan dalam berbagai bentuk kepundan.
sekali lagi banyak yang mengelu soal ini, tak terkecuali kita kan?....
dikulit halus, pori yang anak pinak entah telah jutaan kali berkonspirasi dengan hati...
hasilnya lalu salur oleh motorik.
jadilah tawa, senyum, gembira, gugup, sedih, senang, haru, risih., LUKA...
dan segala yang kita kenal dengan rasa.
selalu begitu...
begitu seterusnya...
lalu...
tanya diri : seberapa kuat kita mengelola rasa...???.
gambar diambil dari
http://wb3.itrademarket.com/pdimage/22/636022_ekspresi2.jpg