9/15/2010

tanpa judul

sadari tadi aku menunggumu disini. dihutan akasia randu dan jati. disini dulu kita pernah menyiangi diri sambil memahat nama lewat paut tangan kita yang kita bilang punya ciri. dulu ibu sering menggelengkan kepala karena kerap mendapati kita menguliti kambium. Lalu kita bilang ini akan jadi pohon raksasa dimana nama kita akan membentang melingkar mengikutinya. kitapun semakin sore, menendang kaleng bekas dan berlarian memintal batas waktu layaknya perjalanan datu Museng dan Maipa.

sekarang aku menunggumu disini, meminta kepada langit agar suasana mirip sebelumnya yang dulu itu, atau sedikit sama. ekor senyummu masih dipelepah daun jati kering itu kau tanam tempo hari. aku bertanya untuk apa?. dan kau menjawab suatu saat sejarah akan menceritakannya kembali kepada kita tentang bisik akasia randu dan jati saat magrib menyusahkan kita kembali kerumah. Tahukan kamu seberapa kali kita mencoba interupsi tentang batang-batang hari yang kita lewati dibenih yang muda, mengapa mahameru dicipta kolosal, mengapa niagara termahsur sampai ditelinga kita, rahasia itulah yang membuat kau membungkus mimpimu dipagi hari berharap sore lipatannya bisa tetap rapi sedia kala.

sekarang aku menunggumu disini. ditempat duduk tak bersandar, dibangku batu yang sudah khatam mengenal keluh kesah kita setelah seharian dimarahi bapak karena bolos bersekolah,dan kau lebih memilih banyak menghabiskan sisa waktumu disini.

Meski demikian telah lama lalu, namun kini namamu telah berubah menjadi serat dan akar. Intuisi menerka rekaman masa silam. ada lipatan kesedihan disini namun lebih banyak bentangan kebahagiaan kita merapi dibawah pohon. jika kata orang cinta itu nama lain dari pengorbanan, maka ini yang patut kita pertanyakan apakah yang tengah kita rasakan ini adalah cinta atau hanya pengorbanan.

lalu dicermin ku ukir namamu uap ragu-ragu kubaca seperti ini:

AMBUN POPPY

Andai aku masih akan menemuimu kelak
Mungkin pada batang dan jarak tunas dengan akar sedemikian jauh melampaui kita
Biar nadi sudah terlalu sering dijadikan puisi dan
Untuk lupa karena aku tak sempat menitipkan sesuatu untuk sekedar kau ingat kelak.
Namun alangkah senangnya menjadi karibnya kita selama beberapa tahun hingga sekarang

Pada ranting yang sempat kering tak lagi singgah pada batang melainkan jatuh ditanah
Onggok angin sekonyong itu telah menghempas dadamu tanpa ragu
Pasti sakit katamu. walau perih bisikanmu seperti jimat dalam dada kita. dan
Pula Akhirnya kita akan kembali diam menggendong lutut sambil berdekap kuku
Yakinlah bahwa tinggal ini kawan, rayuan untuk membuatmu semakin iman kepada rajam bahwa aku dulu dan sekarang hanya beda usia, karena sela diantara jariku masih ingin kau ripit dengan tanganmu untuk sekedar menarikku kembali duduk di bangku batu kita pagi hingga sore

Maniskan?...
kita mendalaminya
walaupun banyak kisah pedih yang sudah pasti merajam nasib, tahukah kamu bahwa ternyata kita ada satu malam, ada satu hari, ada satu minggu, ada satu tahun, satu abad yang berjarak namun dekat walau tak bisa saling bersentuh, namun kekuatannya melebihi tarikan kutub-kutub.

Mari kuikat jajar namamu pada DOA

Ampuni dan muliakan dia siang dan malam
Mungkin eratkan setiap keraguannya menjadi pilar namanya sabar
Bila nanti kala iya merasa sendiri, perlihatkan kepadanya arti kekuatan cinta disekelilingnya
Untuk kemungkinan yang membuatnya menjadi merugi ajari dia cara mendekatkan jidatnya kepada kebesaran-Mu
Nanti, Rangkul kala rapuhnya

Pagari kepadanya kesanggupan memecah kesedihan
Olehnya selamatkan dia dari ketakutan yang menjepit perasaannya
Pastikan alamat setiap kemudahan terhadap segala usahanya
Pagut untuknya nikmat-nikmatmu.
Yakinkan bahwa hidup seperti mengeja cuaca....



Untuk arti nama yang sering kamu pertanyakan pada angin, maka nama itu adalah DOA....


foto dari sini : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://catatansiadhi.files.wordpress.com/2010/05/sahabat.jpg&imgrefurl=http://catatansiadhi.wordpress.com/&usg=__hDrvDmFac-oJqur3ioMgqpbhFxk=&h=640&w=475&sz=206&hl=id&start=0&zoom=1&tbnid=yIhbPyPL7g9fcM:&tbnh=131&tbnw=97&prev=/images%3Fq%3Dsahabat%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN%26biw%3D1024%26bih%3D576%26tbs%3Disch:1&um=1&itbs=1&iact=hc&vpx=675&vpy=78&dur=285&hovh=261&hovw=193&tx=62&ty=149&ei=iAORTNylOYzevQPk-ojMCw&oei=iAORTNylOYzevQPk-ojMCw&esq=1&page=1&ndsp=15&ved=1t:429,r:3,s:0