2/24/2010

Lalu satu


Dulu sebelum sempat kau pagut rindumu.
 
terlebih dulu kusisipkan halus kerinduanku ditelinga bumi.

Tak hendak memijah siang.

Paut-paut kelingking yang jajar
solek-solek yang kemayu mayu.

Senyummu
tak pernah memberut
kita saling tahu itu dikornea

Siang mesti berlalu,

Bilal memecah membran timpani-ku.

Pagi yang ini masih tetap memautkan

luluh pada hati

lalu satu

Diyakin....



gambar dipinjam disini :
http://ngerumpi.com/baca/2009/12/24/untuk-sepotong-senja-di-akhir-tahun.html

2/16/2010

Geliat Bibir Bergincu dan si manis Menor

Setelah hasil pembicaraan disebuah kafe di seputaran by pass, akhirya kami berkeputusan untuk check in disebuah hotel berbintang kurang dari lima disekitaran kendari beach. Rencananya, kami akan membuat sebuah konsep untuk event promo sebuah operator telekomunikasi. Pertimbangan mengambil hotel, agar ide yang dituangkan dalam sebuah konsep nantinya bisa menjadi lebih brilian.

Soal ini sih cukup membantu. setelah berhasil menelorkan tema "Aksi merah, kuning, Hijau......." kami kemudian menghitung RAB yang akan digunakan pada saat acara.

Hotel ini memang tidak terlalu mewah dibanding hotel-hotel yang lain yang ada dikota ini. Berlantai tiga dengan jumlah kurang lebih 30-an kamar berbagai tipe. sambil menikmati keasyikan kami menyelesaikan pekerjaan ini kami juga kebetulan menunggu pertarungan sengit AC Milan melawan MU dengan dramatisasi david beckham yang mesti membelot kini melawan club yang telah membesarkan namanya Manchester united. dan prediksi saya tepat club andalan MU menang 3-2 walaupun dimenit awal gol pertama dicetak pemilik senyum maut Ronaldhinho dari AC Milan.

Namun inti ceritanya bukan tentang bola atau Aksi merah Kuning hijau...., melainkan tentang geliat bibir bergincu malam ini.

Ok deh saya mulai ceritanya...
Sekitar pukul 09 lewat berapa menit waktu indonesia tengah bersama teman saya turun dari sebuah mobil full brand berjalan masuk Hotel, menunggu teman bentar di Lobi untuk kemudian masuk kamar dilantai 3.
Dilobi hotel tampak sedang duduk beberapa orang laki-laki dan perempuan berdecak tak karuan, pikiran saya biasa aja gak macem-macem gitu. Setelah naik sampai kelantai 2 pake tangga manual gk pake lift atau eskalator kami juga menemui beberapa gadis dengan dandanan yang sama. menor, muka putih karena bedak yang tebal serta bibir dengan gincu yang berlebihan. kata teman saya Run mau gak?. sambil bercanda saya bilang aja "mau kalau gratis"... wakakkakk....

Naik dilantai 3 ternyata masih ketemu kasus yang sama. pikiran saya langsung menyeruat. "ini hotel disini begini semua ya isinya?". karena sudah masuk beberapa hotel disini malam hari dan selalu seperti itu.

Sambil menyedot tembakau dalam-dalam seseorang menemui kami.  hai mas, kamar berapa?... kata teman 9B. saya diam aja pura-pura cool. Ada rokok gak?... sayapun merogok dari kantong celana saya dan menyorkan kewanita yang manis-manis menor itu, tak lupa mencetuskan api dari seuah korek gas kemudian mendekatkannya diujung batang rokok  si cewek. saya kemudian pamit masuk kamar sementara didalam kamar sudah ada juga teman yang telah sekitar 1 jam lebih apa kurang gak tau persis, sedang menunggu kedatangan kami.

Teman saya yang satunya masih didepan kamar aja bersama cewek itu sekedar cerita. "hanya cerita" sebentar karena kami adalah sekumpulan manusia lelaki yang tidak terlalu menjadi penikmat (karena takut) dunia seperti ini.

Hanya saja kadang karena mencari uang, saya sendiri banyak berhubungan dengan dunia seperti ini, dunia remang-remang dimana swastanisasi tubuh sepertinya telah tak lagi terbungkus dalam sembunyi. tapi Alhamdulillah baru sekali aja hampir tergoda. tapi Tuhan  masih mengingatkan saya. waktu itu dikota lain di hotel juga ketemu klien dan disediakan juga yang gituan. Setelah ngasi tip ceweknya saya suruh pulang aja karena kasihan.

Saya punya dua orang adik perempuan yang manis, tak mau saya dengan hukuman itu, membayangkan saja nasib adik-adik selalu terharu.(hehehe... maksudnya?) lagian sekarang ini ada adik saya juga saya kuliahkan disini. bayarin kos, SPP, uang bulanan, Alhamdulillah saya lakukan sendiri. Orang tua tetap ngirim tapi kalau ada. hehehe... maklum saya hanya dari sebuah desa kecil didaratan sulawesi bagian tengah Dengan kehidupan sederhana, dengan orang tua yang tak memiliki pekerjaan tetap dan penderitaan selalu jadi teman yang selalu kami senyumi. tapi selalu diajarkan hal yang baik walau dengan pandangan konservatif orang tua. walah jadi curhat....

lanjut cerita.
Tapi disini lain. dikota kecil ini sedemikian ganas adanya. Dalam hati saya bertanya-tanya, sepertinya prostitusi disini sudah sedemikian ngeri. gontai wanita-wanita diujung lobi, senyum perempuan yang berusaha menggoda didepan pintu kamar dan ditangga sudah sedemikian parah. tak hanya ditempat ini. diwarung-warung tenda pinggiran jalan sekitaran ini juga banyak berseliweran kumpulannya dengan berbagai modus operasi, dalam taxi, pingiran jalan, apalagi rumah bernyanyi, apalagi hotel-hotel tertentu serta apalagi karaoke dan pub-pub yang memang menawarkan itu sebagai menu utama.

tak bisa kita iba-kan orangnya ini. walau ada juga segelintir diantaranya yang tengah melawan nasib dengan caranya sendiri. tak ada pilihan lain tak mesti jadi satu-satunya alasan apalagi pilihan selalu disediakan sebesar bumi, seluas langit. banyak yang melakukan ini karena tuntutan gaya hidup hedonis yang mesti diambil, atau karena hobi dan alasan memang menikmati ini sebagai pekerjaan yang menyenangkan.

selalu akan begini seperti kuku yang akan selalu tumbuh selama jari-jari masih ada. tak ada dikotomi antara baik dan buruk sepertinya, selalukah menyalahkan nasib yang dianggap biadab?. mestikah ada kitab khusus untuk menyunat geliatnya yang tak lagi abu-abu namun hampir menjadi bentuk yang jelas padatnya.

ataukah alasan bahwa Tuhan telah menyediakan jalan itu bagi mereka ketika bertanya mengapa mesti demikian adanya harus dibenarkan?...

wah... terus terang sy bertanya. tak pelu jawaban kalau perlu cukup beri tanda. obati ini karena kita semakin dekat dengan ajal


semakin bertanya hingga sudah tak punya ide lagi melanjutkannya...

2/14/2010

Hanya ingin Lega


Disini, diujung kota asing ini tengah kubahas sebagian lembaranku. Mencoba menemukan sesuatu yang tak tau bersembunyi dimana?.
 
Ditempat ini pula coba ku kumpulkan harapanku seperti mengepulkan asap tembakau yang ada diujung bibir.
Bertatap sahut bising knalpot kendaraan yang sumpek hilir lalu mudik.

Perjalanan ini bukannya tak kusadari sebagai usaha, lebih kumaknai sebagai matras yang bisa kugunakan sebagai penopang setelah membanting diri dari lompatan yang tinggi, dari bahaya yang menumpuk, sekaligus sebagai tempat istirahat sambil menghitung biji keringat yang mengguyur sudah ribuan kali.

Entah sudah patah berapa kali tulang kesabaranku yang susah mendiam akhir-akhir ini. Tewas beberapa waktu yang lalu, kemudian lahir kembali sebagai proses reingkarnasi jasad.

Sebenarnya kesabaran selalu diuji kadarnya, seberapa jauh kualitas manusia ini?... Haruskan terus mendaki atau mesti bervariasi menuruni semuanya yang sudah hampir setengah jalan.

Aku juga bingung karena mendiang sabar tak kunjung datang menemui semenjak kepergiannya diwaktu yang tak sempat kuingat kapan.

Ingin rasanya bermanja, tapi kepada siapa akan ku tempelkan rasa manja. Tubuh ini juga sudah kelewat kebal untuk sekedar memelow...

ya...

beginilah kawan hangatnya ujung kuku, sekali-kali akan hilang terpotong namun akan terus tumbuh selama masih ada jari. Bukankah hidup adalah upaya mengubah kesedihan?...

Sambil terduduk ini, aku semakin sengit mengelola kesedihanku.

Akhhhh......

Dasar nyamuk tak mengerti nadir. Sedot yang lain saja yang rasa darahnya masih segar. jangan aku.Kecuali kau sedot pula keresahanku hingga kubisa merasa sedikit lega.


Karena memang..
Aku hanya ingin lega malam ini.

kendari 140210, ketika berusaha tidur....


Gambar diambil dari sini : http://rebelzine.webs.com/771.jpg

2/12/2010

Tuhan

Disini

dijidatku

kusimpan 

ENGKAU

Kusembunyi didalamnya.

Tahu kenapa?

agar tak ada satupun yang 

berkesempatan 

mencurimu dari yakinku



walau baktiku tak cukup padamu-MU




gambar diambil dari sini : http://alhammasiyy.files.wordpress.com/2008/02/sujud.jpg

2/02/2010

Rindu kampung Part 2

Arunawa. Morowali, tidak terlalu tahu bagaimana asal muasal nama ini kenapa harus disematkan untuk kabupaten yang tengah menginjak usia 10 tahun ini. yang jelas morowali setidaknya menjadi sebuah kerinduan saat atap rumah dirantau bocor, saat dapur dirantau tak berasap, atau malah saat semua didapatkan ditempat lain keinginan untuk kembali selalu menyala mengharu biru.
disuatu hari ada seorang teman berkata kepadaku, mungkin didalam tanya itu lebih disebabkan penasaran yang lebih melihatku jarang pulang kampung untuk sekedar mengawinkan ingatanku dengan kerinduan rindang pohon di kampung halaman. katanya seperti ini "RUN kenapa jarang pulang, apakah kamu tidak rindu kampung?. atau memang sudah tertarik kembali ke sana?,".
Sesaat Aku sempat terdiam, namun dia tak tahu ketika kutatap dia seusai melempar tanya kepadaku saat itu pula aku tengah mengepal sejumpun kekuatan untuk kubalas lemparannya dengan jawaban yang bisa membuat dia tahu tanpa bertanya sesudahnya.
Lalu Aku mengatakan "tahukah kamu mengapa hingga saat ini aku masih disini, aku belum kembali kesana kekampung yang selalu menawariku kuning gading kesejukan?., tahukah kamu bahwa merah jingga yang mengalir disini disetiap saluran darahku adalah keinginan untuk kembali?., hanya saja Aku tengah mendulang bulir imajinasiku pada sesuatu yang bisa aku persembahkan nanti ketika kembali. Aku juga tengah merakit mimpiku mendaji cantik luluk widonari kala pagi. Dan untuk setiap bukaan katup mata dipagi hari kota ini kuteteskan kejernihan untuknya dalam bentuk Doa semoga aman, tentram, sejahtera.
Aku tidak ingin menjadikan primordial ini terus mengutuk hingga kukorbankan beberapa kali kelopak dimata basah untuk kerinduan menatap bulat tunas matahari atau oval fajar menjauhi tatapan.
Dan kalau kamu bertanya apakah aku tak rindu kampung halaman?, aku hanya ingin menjawab bahwa ditanah rantau bisa kunikmati segala hal kecuali satu. bahwa setiap saat ketika ingatanku melesat kesana, tak dapat kutukar itu selain harus sempat kembali kesana.....