Setelah hasil pembicaraan disebuah kafe di seputaran by pass, akhirya kami berkeputusan untuk check in disebuah hotel berbintang kurang dari lima disekitaran kendari beach. Rencananya, kami akan membuat sebuah konsep untuk event promo sebuah operator telekomunikasi. Pertimbangan mengambil hotel, agar ide yang dituangkan dalam sebuah konsep nantinya bisa menjadi lebih brilian.
Soal ini sih cukup membantu. setelah berhasil menelorkan tema "Aksi merah, kuning, Hijau......." kami kemudian menghitung RAB yang akan digunakan pada saat acara.
Hotel ini memang tidak terlalu mewah dibanding hotel-hotel yang lain yang ada dikota ini. Berlantai tiga dengan jumlah kurang lebih 30-an kamar berbagai tipe. sambil menikmati keasyikan kami menyelesaikan pekerjaan ini kami juga kebetulan menunggu pertarungan sengit AC Milan melawan MU dengan dramatisasi david beckham yang mesti membelot kini melawan club yang telah membesarkan namanya Manchester united. dan prediksi saya tepat club andalan MU menang 3-2 walaupun dimenit awal gol pertama dicetak pemilik senyum maut Ronaldhinho dari AC Milan.
Namun inti ceritanya bukan tentang bola atau Aksi merah Kuning hijau...., melainkan tentang geliat bibir bergincu malam ini.
Ok deh saya mulai ceritanya...
Sekitar pukul 09 lewat berapa menit waktu indonesia tengah bersama teman saya turun dari sebuah mobil full brand berjalan masuk Hotel, menunggu teman bentar di Lobi untuk kemudian masuk kamar dilantai 3.
Dilobi hotel tampak sedang duduk beberapa orang laki-laki dan perempuan berdecak tak karuan, pikiran saya biasa aja gak macem-macem gitu. Setelah naik sampai kelantai 2 pake tangga manual gk pake lift atau eskalator kami juga menemui beberapa gadis dengan dandanan yang sama. menor, muka putih karena bedak yang tebal serta bibir dengan gincu yang berlebihan. kata teman saya Run mau gak?. sambil bercanda saya bilang aja "mau kalau gratis"... wakakkakk....
Naik dilantai 3 ternyata masih ketemu kasus yang sama. pikiran saya langsung menyeruat. "ini hotel disini begini semua ya isinya?". karena sudah masuk beberapa hotel disini malam hari dan selalu seperti itu.
Sambil menyedot tembakau dalam-dalam seseorang menemui kami. hai mas, kamar berapa?... kata teman 9B. saya diam aja pura-pura cool. Ada rokok gak?... sayapun merogok dari kantong celana saya dan menyorkan kewanita yang manis-manis menor itu, tak lupa mencetuskan api dari seuah korek gas kemudian mendekatkannya diujung batang rokok si cewek. saya kemudian pamit masuk kamar sementara didalam kamar sudah ada juga teman yang telah sekitar 1 jam lebih apa kurang gak tau persis, sedang menunggu kedatangan kami.
Teman saya yang satunya masih didepan kamar aja bersama cewek itu sekedar cerita. "hanya cerita" sebentar karena kami adalah sekumpulan manusia lelaki yang tidak terlalu menjadi penikmat (karena takut) dunia seperti ini.
Hanya saja kadang karena mencari uang, saya sendiri banyak berhubungan dengan dunia seperti ini, dunia remang-remang dimana swastanisasi tubuh sepertinya telah tak lagi terbungkus dalam sembunyi. tapi Alhamdulillah baru sekali aja hampir tergoda. tapi Tuhan masih mengingatkan saya. waktu itu dikota lain di hotel juga ketemu klien dan disediakan juga yang gituan. Setelah ngasi tip ceweknya saya suruh pulang aja karena kasihan.
Saya punya dua orang adik perempuan yang manis, tak mau saya dengan hukuman itu, membayangkan saja nasib adik-adik selalu terharu.(hehehe... maksudnya?) lagian sekarang ini ada adik saya juga saya kuliahkan disini. bayarin kos, SPP, uang bulanan, Alhamdulillah saya lakukan sendiri. Orang tua tetap ngirim tapi kalau ada. hehehe... maklum saya hanya dari sebuah desa kecil didaratan sulawesi bagian tengah Dengan kehidupan sederhana, dengan orang tua yang tak memiliki pekerjaan tetap dan penderitaan selalu jadi teman yang selalu kami senyumi. tapi selalu diajarkan hal yang baik walau dengan pandangan konservatif orang tua. walah jadi curhat....
lanjut cerita.
Tapi disini lain. dikota kecil ini sedemikian ganas adanya. Dalam hati saya bertanya-tanya, sepertinya prostitusi disini sudah sedemikian ngeri. gontai wanita-wanita diujung lobi, senyum perempuan yang berusaha menggoda didepan pintu kamar dan ditangga sudah sedemikian parah. tak hanya ditempat ini. diwarung-warung tenda pinggiran jalan sekitaran ini juga banyak berseliweran kumpulannya dengan berbagai modus operasi, dalam taxi, pingiran jalan, apalagi rumah bernyanyi, apalagi hotel-hotel tertentu serta apalagi karaoke dan pub-pub yang memang menawarkan itu sebagai menu utama.
tak bisa kita iba-kan orangnya ini. walau ada juga segelintir diantaranya yang tengah melawan nasib dengan caranya sendiri. tak ada pilihan lain tak mesti jadi satu-satunya alasan apalagi pilihan selalu disediakan sebesar bumi, seluas langit. banyak yang melakukan ini karena tuntutan gaya hidup hedonis yang mesti diambil, atau karena hobi dan alasan memang menikmati ini sebagai pekerjaan yang menyenangkan.
selalu akan begini seperti kuku yang akan selalu tumbuh selama jari-jari masih ada. tak ada dikotomi antara baik dan buruk sepertinya, selalukah menyalahkan nasib yang dianggap biadab?. mestikah ada kitab khusus untuk menyunat geliatnya yang tak lagi abu-abu namun hampir menjadi bentuk yang jelas padatnya.
ataukah alasan bahwa Tuhan telah menyediakan jalan itu bagi mereka ketika bertanya mengapa mesti demikian adanya harus dibenarkan?...
wah... terus terang sy bertanya. tak pelu jawaban kalau perlu cukup beri tanda. obati ini karena kita semakin dekat dengan ajal
semakin bertanya hingga sudah tak punya ide lagi melanjutkannya...