3/18/2010

hadiah ulang tahun dari wissanggeni... masih teman MP


Pertama aku ngirim ini buat tassyakuranmu temanku!!!...

Tak kubawa lentera untuk menerangimu dalam rinai gulita
karena tak sanggup kubuat sendiri
sempat kurakit ingatanku untuk menemuimu
dalam tiga prempat malam dibulan bisu

sepengatuanku yang sederhana
kau tiba-tiba kesumat yang binarmu menyembuh
gores belati perih yang sudah menahun

kupanggil kau dalam kangkangan rembulan bisu
untuk menakar akan aksara yang menjadi janin
ini dia, bagiku gelapmu adalah kekasih bait garis di atas mistar
kekasihmu adalah halaman putih
dan wajahmu memapar kolom bacaan kami

untuk kali ini kami setuju rindu berkalang adalah milikmu
binarmu yang itu sekali waktu akan menjadi penawar pahit
kemudian mereka bangkit dengan lisan yang menggagap
aku yakin namamu akan memajang di pagi dan di sore
lalu rindu berkalang akan menemukan jodohnya.


lalu  kau menambahkan ini.:

1
kau tahu Run, sebelum aku bertemu cahaya , aku sering bicara sendiri seperti ini :
kekalahan adalah , disaat mata bersitatap dengan matahari, tapi yang ia lihat cuma satu macam kegelapan dimana meski ia telah sekuat tenaga  membuka kelopak, cuma benang pucat  dari waktu yang  nampak. dulu aku pernah menduga, kekalahan adalah lawan kata kemenangan, seperti yang selama ini diartikan orang orang sehabis gosok gigi, seusai kenyang makan pagi. ternyata  tak semudah itu Run, kau akan tahu sukarnya sepelik mengeja cuaca. Aku disini, memutar mutar lingkaran sebuah kenop kunci,
              : kekalahan yang sering memenangkan, atau kemenangan yang sering mengalahkan ?


2
suatu siang aku berharap. Semoga terik ini mengajarkan pada luka lukaku tentang kesedihan yag pekik. Hingga aku tak perlu lagi menyediakan airmataku menjadi jarum yang menjelujur dari mesin jahit.
Tik.Tik.Tik.Tik.
Kau ingat hujan ? jika kau ingat hujan, maka di rintik yang teratur itulah nama-nama kesedihan di kelompokkan. Mereka sama Run, langit meminta hujan merawat luka luka nilik bumi, sementara airmata mengirimkan jejarumnya  untuk menjahit luka waktu.
dan aku ?
aku diciptakaan rahim untuk menyaksikan bagaimana luka bumi dan luka waktu terus menganga. Run, selamanya luka ini akan bersarang di jantung seperti tujuh baris cahaya yang rekat  melilit  septima.


3
Kau masih menginginkan aku menuliskan cinta, rindu, dan lengan yang  dengan tegap membidik harapan ke dalam puisi. Baik, kutulis ini :

DALAM KEMAH

              : sajak Goenawan Mohamad

sudah sejak awal kita berterus terang dengan sebuah teori: cinta adalah potongan-potongan pendek interupsi- lima menit, tujuh menit, empat…. dan aku akan menatapmu dalam tidur.

apakah yang bisa bikin kau lelap setalah percakapan? mungkin sebenarnya kita terlena oleh suara hujan di terpal kemah. di ruang yang melindungi kita untuk sementara  ini  aku, optimis, selalu menyangka gerimis sebenarnya ingin menghibur, hanya nyala tak ada lagi: kini petromaks seakan-akan terbenam. jam jadi terasa kecil. dan ketika hujan berhenti, malam memanjang karena pohon-pohon berbunyi.

kemudian kau mimpi. Kulihat seorang lelaki keluar dari dingin dan asap nafasmu: kulihat sosok tubuhku, berjalan kearah hutan.aku tak bisa memanggilnya.

aku dekap kamu.
Setelah itu bau kecut rumput, harum marijuana, pelan-pelan meninggalkan kita.



4
detik detakmu
adalah jantung usia yang dikhianati waktu

TAK LUPA MEMBUBUHINYA DENGAN SESUATU.
KATANYA :

catatan :
tulisan ini, berkatan sekaligus ha
diah kecil untuk Arunawa yang katanya sedang melewati angka duapuluh enam. selamat.selamat.selamat. selamat menikmati usia yang kian memendek tanpa perlu takut.


salamsayangselalu,

-pucukpenawisanggeni-

untuk semuanya saya ucapkan terima kasiH Yipiiiiiing... hehehehehee....


SEKARANG dan LALU
sebenarnya adalah hasil penakaran dari apa yang kita sebut pola.
soal RASA sekali lagi satu dengan tubuh manusia yang bentuknya telah ALIF dari lahir.


Yippp....
aku akan mengikuti pola, sedikit bermain dengan ritmeku yang entah akan kau panggil dia dengan sebutan apa.
Rona rupa-rupa itu sebagai iramanya.
dan kita akan tetap menjadi joki (dramaturgis) dari sebuah sandiwara yang hampir menyerupai parodi bebas nilai.

diujung tumit kita rasa bahkan telah diterjemahkan dalam berbagai bentuk kepundan.

sekali lagi banyak yang mengelu soal ini, tak terkecuali kita kan?....

dikulit halus, pori yang anak pinak entah telah jutaan kali berkonspirasi dengan hati...
hasilnya lalu salur oleh motorik.

jadilah tawa, senyum, gembira, gugup, sedih, senang, haru, risih., LUKA...
dan segala yang kita kenal dengan rasa.

selalu begitu...
begitu seterusnya...

lalu...
tanya diri : seberapa kuat kita mengelola rasa...???.



gambar diambil dari
http://wb3.itrademarket.com/pdimage/22/636022_ekspresi2.jpg

dari mbak larass

Ini adalah rangkaian kata yang ditulis oleh teman dan sahabat saya di Multiply. katanya sebagai kado ulang tahun

A R U N A W A

Awal kujumpa pada ruang maya,
antara sesak nafas kata kata.
abstrak namun unabstrak

Ruang ini menjadi saksi
rajutan benang emas tak lagi terisolasi
riang selalu hadir, membuncah sepi. tiada sunyi

Ucapku kala itu "bolehkah ku berkawan denganmu?"

Nujum pun seakan memihak dan beriak di langit. sorak dan serentak!!

Ahaaaaa....adhesi!!

Wow...dia dia dia adalah teman yang menyenangkan
waktu singkat, kita pun erat meski seutuhnya samar melambai

Aku melenggang santai, berlayar melintasi keraguan. Pada hakekatnya teman hanya butuh kepercayaan, dukungan dan ketulusan pada dongeng-dongeng terajut mayapada, sesekali teman tak lain adalah cermin pada kesombongan diri. karena aku ingin belajar banyak hal darimu kawan, yang berada jauh dari pandangan namun dekat samudera letih maka biarkan aku menjadi bagian dalam ruang persahabatanmu meski aku hanya bagian yang terkecil pada pijakan kakimu.


Salam Larassati!!

******* ini kado yang kujanjikan Mas Arun, maaf yah terlambat dan maaf sekali hanya tulisan kacau balau dan tak bermakna yang kurangkai dari nama A R U N A W A karena aku lagi kehilangan kata hehe moga berkenan, terserah akan ditempel, dibuang, dibiarkan usang, dilupakan, diacuhkan atau diabadikan adalah hak Mas Arun yang penting Larass sudah menepati janji sebelum benar2 akan HIBERNASI :)

terima kasih buat mbak larass yang sudah membuat tali-tali kata ini buat saya.

3/06/2010

Masih Belum Kelar



Ini Tuhan
kesalahan selalu di saya
tempa-tempa Kecil-Mu
aku malah mungkin tak pernah balik badan.

suhuku jangan diukur derajat.

Buai-buai
mimpi tak pernah hilang
aku rakit hingga dengus terakhir menyuruh kembali

pada pelepah
kuajak bermentari
lama
hingga bosan lalu mengajak pulang

dirumah akan kita hitung.

Ayah
Aku bukan putera yang lahir dipurnama
jangkauanku tidak lalu dimimpi

berapa lama
petualangan sejati kandas?.
sejak sesak
semenjak selalu ada lahir
tak ada kalah

dewasakah jika ukurannya ketika paham nadir?.
yang ku tahu selalu bertaruhg

kodrati ada dikita
kecuali soal tiga hikayat fajar yang lalu sempat kudengar diurai

ketika sunyi dihati
kepulan asap intari inisial dzat kita
pertolongan bukan dari sayap malaikat nyatanya.

lalu ingin pulang mengawinkan ingatan pada kecup Bunda
 
dikelumit hangat tawa saudara
 
pada damai kecil dilubuk hati.
dipintu sebelum langkah pasti
 
senyum merekah dari ribuan tahun yang lalu.


Gambar dicopy dari : http://hifzhanberau.wordpress.com/2009/04/page/3/